Kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia, Honda DetEksi Basketball League (DBL) 2009 kemarin menggulirkan seri kesepuluh di Semarang, Jawa Tengah. Seperti di kota-kota sebelumnya, gedung pertandingan dipenuhi oleh penonton. Kemarin, hampir 3.000 orang bergantian memadati GOR Sahabat, menyaksikan empat pertandingan di hari pembukaan.
Bukan hanya suporter sekolah, juga penonton umum. Tidak sedikit yang datang dari luar kota bersama keluarga meski tidak mendukung tim mana pun.
Mesakh Tanujaya, 44, misalnya. Dia datang jauh-jauh dari Jepara menemani sang anak Kevin Stephen, 14, menyaksikan Honda DBL Radar Semarang 2009. ”Anak saya itu suka sekali mengikuti berita DBL lewat koran dan website. Tapi, dia masih belum bisa ikut karena masih SMP. Nah, pas ada DBL di Semarang, saya ajak saja datang dari Jepara. Nggak apa-apa lah nyetir dua jam,” ujarnya.
Mesakh sendiri mengaku baru kali pertama menyaksikan kompetisi basket. ”Ternyata seru sekali ya. Meriah begitu. Saya jadi ikut suka nonton basket. Nanti, kalau final saya mau datang lagi. Mumpung Sabtu, sekalian liburan,” ungkap Mesakh.
Meskipun dihadiri banyak penonton, namun terdengar pula sejumlah keluhan mengenai kompetisi ini. Yaitu mengenai adanya tiket. Tidak seperti kebanyakan kompetisi basket, Honda DBL 2009 memang selalu mewajibkan penonton untuk membayar. Nilainya berbeda-beda di setiap kota, tergantung situasi dan kemampuan.
Kemarin, salah satu yang mengeluhkan hal tersebut adalah May Ling, suporter sekaligus orang tua pemain SMA Kebon Dalem Semarang, Silvia Dewi. ”Acara ini memang terasa lebih meriah daripada acara basket lain yang pernah saya tonton. Penontonnya terlihat lebih ceria. Jadi, suasana lebih terasa ramai. Seru, gitu. Sayangnya cuma satu, harus bayar,” ungkap Ling.
Oleh panitia dari DBL Indonesia dan Radar Semarang (Jawa Pos Group), May Ling lantas diberi penjelasan tentang pentingnya tiket untuk sebuah kompetisi. Bahwa kompetisi tidak boleh bergantung seratus persen kepada sponsor kalau ingin punya masa depan yang sustainable.
Setelah diberi penjelasan, May Ling tampak lebih menerima. ”Iya juga. Yah, minimal harganya turun lah,” pintanya. Bagi DBL Indonesia, penyelenggaraan di Semarang ini termasuk yang paling hati-hati dalam hal ekspektasi. Azrul Ananda, commissioner DBL, mengaku bahwa tahun lalu liga ini disaksikan lebih dari 16 ribu penonton dalam sebelas hari pertandingan. Tapi, pihaknya tidak punya harapan lonjakan terlalu tinggi tahun ini. Bila kota-kota lain pertumbuhannya bisa seratus sampai 200 persen, Semarang mungkin di bawah itu.
“Banyak yang terus mengingatkan kami, even di Semarang bakal heboh kalau gratisan,” kata Azrul. “Tapi, kami ingin membuktikan bahwa di mana pun orang akan bersedia membayar bila kemasan kompetisinya digarap sehingga membuat mereka tertarik. Bagaimana pun, ini untuk masa depan jangka panjang DBL dan basket secara umum. Selama ini, terlalu banyak kompetisi yang tidak bisa bertahan lama karena bergantung seratus persen kepada sponsor,” tambahnya.
Azrul menjelaskan, di Jawa Tengah basket sebenarnya sudah “jadi.” Minat peserta tinggi, terbukti dengan tampilnya 64 tim di Honda DBL Radar Semarang 2009, mewakili tujuh kota dan kabupaten di provinsi tersebut.
“Fasilitas memadai. Level permainan juga sudah lebih tinggi dari kebanyakan wilayah lain. Tinggal perkembangan penonton. Sejauh ini, kami berterima kasih kepada para penonton. Ramainya pembukaan ini merupakan awal yang baik,” ucapnya.
Meski keluhan mengenai tiket bermunculan di penonton, namun banyak pula pujian mengenai kompetisi yang dimulai di Surabaya pada 2004 lalu ini. Budhi Kurniawan, 68, wakil Pengda Perbasi Jawa Tengah mengagumi konsep kompetisi yang bisa membuat pemainnya bertanding dengan kebanggaan. Sesuai dengan slogan DBL: Pride.
”Memang teknik permainan mereka masih minim. Tapi, saya melihat mereka itu luar biasa semangat. Bertanding di DBL seperti menjadi kebanggaan buat pemain. Ini sangat penting. Sebab, kalau sudah bangga bermain basket, pemain akan cinta bermain basket. Kalau sudah cinta, teknik permainan itu akan mengikuti,” ungkap Budhi, yang mengaku pernah enam kali mengikuti PON untuk cabang bola basket. “Semua kompetisi yang lain kalah sama ini,” tandasnya.
Honda DBL Radar Semarang 2009 ini berlangsung hingga 28 Maret mendatang.

Hampir 3.000 Penonton Saksikan Pembukaan Honda DBL Semarang
19 Maret 2009
Diposting oleh Adam Syarief Thmrn di 15.28
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar