FISIP Universitas Airlangga : Aku harus bisa tembus, pasti bisa!!!

31 Agustus 2010


Visi:

Menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, bermutu tinggi dan terkemuka yang memiliki landasan Ketaqwaan kepada Tuhan YME, mendasarkan pada semangat pluralisme, kemanusiaan, demokrasi, keadilan dan kesejahteraan bersama yang berorientasi pada pengembangan keilmuan di tingkat nasional maupun internasional.

Misi :

  1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar secara tertib, kreatif termasuk mendayagunakan berbagai metode dan media pembelajaran efektif dan efisien
  2. Menjadikan kampus sebagai ruang publik dan miniatur Indonesia yang peka dan responsif terhadap kemajemukan
  3. Melakukan dan memfasilitasi pengkajian-pengkajian, baik yang bersifat dasar untuk tujuan pengembangan keilmuan maupun yang bersifat strategis untuk pemecahan berbagai masalah sosial secara sistematis, terarah dan terprogram.

Jangan Meniru Cina

30 Agustus 2010


Saya terkaget-kaget membaca fakta mencengangkan dari negeri China. Negara yang digadang-gadang mampu menyaingi perekonomian Amerika tak disangka punya rahasia tersendiri di balik kemajuannya. Tapi percayalah, tak ada satu negara pun yang mau mengikuti jejaknya dalam satu dan dua hal di balik rahasia kemajuannya tersebut.
Sebuah buku dengan sampul dominasi warna merah awalnya tidak begitu menarik perhatian saya di sela-sela kesibukan mencari bacaan saat liburan. Tapi karena warna mencolok dan sederet tulisan di cover tersebut, membuat saya jadi berpikir lain dan menimbang sejenak. Judul utamanya tertulis Dilarang Beredar di China! Pemenang Lettre Ulysses Prize. Edisi Bajakannya Terjual 10 Juta Kopi. “Buku macam apa ini?” gumam saya saat itu. Tanpa pikir panjang, saya pinjam saja bacaan berjudul China Undercover tersebut.

Penulisnya adalah pasangan suami istri bernama Chen Guidi dan istrinya Wu Chuntao. Keduanya sama-sama berasal dari keluarga rakyat jelata. Chen dan Wu merasa tergerak untuk mengungkapkan ketidakadilan yang mendera rakyat jelata terutama para petani. Mencengangkan bukan? Bagaimana bisa sebuah negara berpaham sosialis komunis macam China justru makin menindas kaum papa?

Sejak dulu China dikenal sebagai sebuah negara yang sangat luas dengan catatan sejarah lebih dari tiga ribu tahun. Dan petani adalah populasi mayoritas negara tersebut. Jika hendak dikaitkan dengan Revolusi Komunis China, secara teori memang perubahan besar-besaran ini sangat berpihak pada kaum petani. Tak lain karena ajaran komunis sendiri yang hadir untuk menguasai, membagi-bagikan tanah, dan membuang jauh-jauh kekuasaan tuan tanah yang parasit. Komunis juga benar-benar mempresentasikan keinginan kaum yang terpinggirkan kala itu.

Dan seperti biasa, teori selalu jauh dari praktek. Siapa sangka jika awal mula revolusi justru juga menjadi awal bencana bagi jutaan warga China. Kembali ke pertanyaan awal, lantas apa yang tidak perlu ditiru dari sebuah negara bernama China?

Industrialisasi China

Selama lebih dari tiga puluh tahun, para petani China menanggung beban berat. Hanya saja beban tersebut tersembunyi karena negara tidak lagi berhubungan langsung dengan para petani secara individu. Sebanyak 130 juta rumah tangga petani tak lama kemudian berubah menjadi tujuh juta kelompok gotong-royong yang pada kelanjutannya bermetamorfosis kembali menjadi 790 koperasi pertanian.

Tak butuh waktu lama untuk secara besar-besaran mengubah koperasi-koperasi tersebut menjadi 52.781 komune rakyat pada tahun 1958. Tidak ada satu pun petani yang dapat menghindar dari jerat jaring tersebut. Lantas untuk apa pembentukan sekian puluh ribu komune rakyat yang beranggotakan para petani tersebut? Mereka (para petani) ternyata harus mengumpulkan modal untuk industrialisasi China. Berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan terhadap China membuat partai dan pemerintah pusat tidak punya pilihan selain memprioritaskan industrialisasi.

Lagi-lagi kaum terpinggirkan macam petani-lah yang menjadi sasaran. Jadi bisa dikatakan, perbaikan industri China dibangun dari darah dan keringat para petani yang membanting tulang. Dan pembangunan kota tak lain diraih lewat penderitaan dan pengorbanan mereka.

Pajak dan Denda Mencekik

Satu lagi yang sangat popular di kalangan para petani adalah pajak dan denda. Sudah tak terhitung berapa yuan yang harus dikorbankan para petani hanya untuk membayar beban yang dikenakan kepada mereka. Umumnya pajak dan denda yang sampai mencekik mereka adalah hasil dari penggelembungan angka oleh birokrasi setempat.

Pemerintah tingkat desa bisa membebankan sampai sekian puluh pajak kepada para petani miskin ini. Tak jarang mereka berlaku tidak manusiawi untuk menagih pajak-pajak yang harus dibayar. Mulai dari bentakan kasar, perusakan, hingga pemukulan fisik, tak peduli yang dihadapinya adalah nenek tua renta.

Tak pandang bulu. Bagi mereka pajak dan denda berarti uang. Jika tak bisa mendapat uang dari si petani, dengan seenaknya apa-apa yang ada di dalam rumah langsung disita, persediaan beras pun dikuras juga oleh mereka.

Sebenarnya para petani bukan tanpa usaha untuk menghadapi keadaan tersebut. Setiap mereka melapor ke birokrasi yang lebih tinggi, selalu saja diremehkan dan tak pernah mendapat tanggapan serius. Kongkalikong antara para petinggi desa, kecamatan, sampai kabupaten adalah hal yang biasa. Karena itulah para petani merasa perlu mengadu ke birokrasi yang lebih tinggi, tingkat provinsi atau pusat.

Secuil Potret Konflik Daerah

Sebuah tragedi di Desa Zhang adalah secuil potret buram kehidupan para petani China. Desa Zhang terletak di dataran rendah tepi Sungai Huai, daerah yang cenderung mengalami kekeringan. Para petani di sana juga masih dibebani berbagai denda dan pajak berlebih dari para pemimpinnya. Jadilah desa tersebut kian miskin.

Tanggal 18 Februari 1998 adalah hari yang menjadi bukti bahwa pemerintah tirani di tingkat desa bisa demikian membabi buta. Zhang Guiquan, Deputi Kepala Desa sangat marah mendengar pengaduan dan tuduhan yang dilontarkan padanya. Dia dituduh menyalahgunakan dana warga. Tak selang berapa lama, tuntutan demi tuntutan warga berbuntut dengan dilakukannya audit pembukuan desa. Akal bulus tiran desa macam Zhang Guiquan kembali bereaksi setelah sekian lama digunakan untuk membebani para petani dengan denda dan pajak fiktif buatannya.

Tanggal 18 pagi, hujan musim semi masih mengguyur Desa Zhang, sebagian besar warga masih bersembunyi di balik selimut hangatnya. Namun apa yang dilakukan Zhang Guiquan justru di luar nalar. Karena merasa terusik oleh rencana audit pembukuannya, ia justru nekat membunuh empat orang dari dua belas perwakilan warga yang bertugas mengaudit pagi itu juga.

Dibantu beberapa anak laki-lakinya, dalam hitungan menit Zhang Guiquan sudah membunuh empat orang. Ironis, bersamaan dengan semua itu, suara Bos Partai, Zhang Dianfeng, membahana lewat alat komunikasi desa. Dianfeng memanggil kelompok audit untuk memulai pekerjaan pagi mereka. Sementara, Zhang Guiquan sudah menghabisi empat pengaudit pembukuannya.

Memang fakta yang bertubi-tubi diungkapkan beresiko menjatuhkan citra bangsa China dengan sederet cap negatif: korup, sadis, rakus, dan sebagainya. Setidak-tidaknya kisah nyata yang menjadi kontroversi di negara China tersebut bisa membuka mata saya yang selama ini hanya silau dengan kedigdayaan mereka semata.

Niatan menulis opini ini memang semata-mata bukan untuk membanding-bandingkan antara yang terjadi di China dengan Indonesia. Karena berdasarkan hemat saya pribadi, tentulah berbeda, menimbang ideologi yang sangat jauh antara kedua negara. Jika mereka hanya berbasis satu partai dengan sumpah setia pada paham Leninisme, Marxisme hingga Maoisme, tidak demikian halnya dengan yang terjadi di negara kita.


Ketika Aku Sudah Tua


Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah,bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau
dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.
Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu
kali kuceritakan agar kau tidur.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan
mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap “mengapa” darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk
mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau
disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai
belajar menjalani kehidupan.

Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang
temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa
syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

Success is just so simple

Tuhan yang Maha Baik memberi kita ikan,
tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya.
Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat,
Mungkin kamu tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang... Mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.

Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan,
tetapi kehidupan lajang tidak memiliki kesenangan.
Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah,
dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya.
Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya
sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.

Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah.. hati seorang wanita.
Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilanganNya.
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatiMu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.
Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga Kita.
Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi Jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain...
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah.
Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.
Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan,
kegunaannya terletak pada penerapan yang benar,
orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal,
sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.

Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja,
tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.
Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan kita
adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.
Kamu tak bisa mengubah masa lalu....
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.
Bila Kamu mengisi hati kamu...
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.
Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kamu sudah berada di jalan yang benar menuju sukses

Remas Ash Shoobiriin :Setiap harimu adalah hari yang istimewa



Sahabatku membuka laci tempat istrinya menyimpan
pakaian dalam dan membuka bungkusan berbahan sutra
"Ini, ......", dia berkata, "Bukan bungkusan yang
asing lagi". Dia membuka kotak itu dan memandang
pakaian dalam sutra serta kotaknya. "Istriku
mendapatkan ini ketika pertama kali kami pergi ke New
York, 8 atau 9 tahun yang lalu. Dia tidak pernah
mengeluarkan bungkusan ini. Karena menurut dia, hanya
akan digunakan untuk kesempatan yang istimewa.


Dia melangkah dekat tempat tidur dan meletakkan
bungkusan hadiah didekat pakaian yang dia pakai ketika
pergi ke pemakaman. Istrinya baru saja meninggal.
Dia menoleh padaku dan berkata :
"JANGAN PERNAH MENYIMPAN SESUATU UNTUK KESEMPATAN
ISTIMEWA, SETIAP HARI DALAM HIDUPMU ADALAH KESEMPATAN
YANG ISTIMEWA !"


Aku masih berpikir bahwa kata-kata itu akhirnya
mengubah hidupku. Sekarang aku lebih banyak membaca
dan mengurangi bersih-bersih. Aku duduk di sofa tanpa
khawatir tentang apapun. Aku meluangkan waktu lebih
banyak bersama keluargaku dan mengurangi waktu
bekerjaku. Aku mengerti bahwa kehidupan seharusnya
menjadi sumber pengalaman supaya bisa hidup, tidak
semata-mata supaya bisa survive (bertahan hidup) saja.


Aku tidak berlama-lama menyimpan sesuatu. Aku
menggunakan gelas-gelas kristal setiap hari. Aku akan
mengenakan pakaian baru untuk pergi ke Supermarket,
jika aku menyukainya. Aku tidak menyimpan parfum
specialku untuk kesempatan istimewa, aku
menggunakannya kemanapun aku menginginkannya.
Kata-kata "Suatu hari " dan Satu saat nanti
....."sudah lenyap dari kamusku. Jika dengan melihat,
mendengar dan melakukan sesuatu ternyata bisa menjadi
berharga, aku ingin melihat, mendengar atau
melakukannya sekarang.


Aku ingin tahu apa yang dilakukan oleh istri temanku
apabila dia tahu dia tidak akan ada di sana pagi
berikutnya, ini yang tak seorangpun mampu
mengatakannya. Aku berpikir, dia mungkin sedang
menelepon rekan-rekannya serta sahabat terdekatnya.
Barangkali juga dia menelpon teman lama untuk berdamai
atas perselisihan yang pernah mereka lakukan. Aku suka
berpikir bahwa dia mungkin pergi makan Martabak
Spesial, makanan favoritnya. Semua ini adalah hal-hal
kecil yang mungkin akan aku sesali jika tak aku
lakukan, jika aku tahu waktu sudah dekat.


Aku akan menyesalinya, karena aku tidak akan lebih
lama lagi melihat teman-teman yang akan aku temui,
juga surat-surat yang ingin aku tulis Suatu hari
nanti". Aku akan menyesal ! dan merasa sedih, karena
aku tidak sempat mengatakan betapa aku mencintai
orangtuaku, saudara-saudaraku dan teman2ku.
Sekarang, aku mencoba untuk tidak menunda atau
menyimpan apapun yang bisa membuatku tertawa dan bisa
membuatku menikmati hidup. Dan, setiap pagi, aku
berkata kepada diriku sendiri bahwa hari ini akan
menjadi hari istimewa. Setiap hari, setiap jam, setiap
menit, adalah istimewa.


Apabila kamu mendapatkan pesan ini, itu karena
seseorang peduli padamu, dan karena mungkin ada
seseorang yang kamu pedulikan. Jika kamu terlalu sibuk
untuk mengirimkan pesan ini kepada orang lain dan kamu
berkata kepada dirimu sendiri bahwa kamu akan
mengirimkannya "Suatu saat nanti", ingatlah bahwa
"Suatu saat" itu sangat jauh ....... Dan mungkin tidak
akan pernah datang .

-ditulis oleh : Felice Sadira - Remas Ash Shoobiriin