NBA : IDC 2009 Camp yang hebat !!!

28 Agustus 2009


Kepuasan dirasakan utusan NBA dalam Indonesia Development Camp (IDC) 2009 yang berakhir Selasa lalu (18/8). Diikuti pebasket dan pelatih tingkat SMA dari 15 provinsi di tanah air, mereka menyebut helatan DBL Indonesia itu sebagai camp yang hebat.

”Itu (IDC, Red) salah satu camp terbaik yang pernah saya kunjungi. Saya melihat kemauan yang begitu besar dari DBL dan para camper untuk maju,” puji Senior Director Basketball Operations International NBA Brooks Meek. 

Dalam even yang diselenggarakan pada 16–18 Agustus di DBL Arena Surabaya itu, Meek memerankan posisi layaknya seorang supervisor. Yang memberikan pelatihan secara langsung adalah Neal Meyer (mantan asisten pelatih Los Angeles Clippers), Joe Prunty (asisten pelatih Portland Trail Blazers), dan superstar Sacramento Kings Kevin Martin. 

Meek mengakui, program pendek selama tiga hari itu tidak akan serta-merta membuat skill para peserta camp alias camper langsung menjadi jempolan. Namun, setidaknya mereka sudah mendapatkan dasar untuk mengembangkan kemampuan sehingga kelak bisa terus menempa diri demi menjadi pebasket hebat. 

”Sebenarnya, mereka (para camper, Red) punya bakat. Hanya, mungkin mereka perlu melakukan segala sesuatu dengan cara yang benar. Di camp, mereka mendapatkan itu,” tambah Meek. 

Selama tiga hari camp, 48 pebasket terbaik di antara keseluruhan 160 pebasket pilihan DBL mendapatkan pelatihan intensif. Materi yang diberikan adalah dasar-dasar bermain basket yang benar. Mulai dribbling, shooting, passing,sampai pola bertahan dan menyerang. Tidak kalah penting adalah materi tentang kepribadian pebasket yang baik. 

”Mereka sudah punya dasar pengetahuan. Itu modal mereka untuk menjadi pemain besar nanti. Tentu, setelah kembali dari camp, mereka harus terus berlatih dengan keras sesuai dengan dasar yang kami berikan,” imbuh Prunty.

Yang membuat Prunty yakin bahwa para camper akan jadi hebat adalah antusiasme yang ditunjukkan selama camp. Menurut dia, semangat itu adalah modal untuk mengejar impian menjadi pemain besar.

”Semangat seperti di sini (IDC 2009, Red) tetap harus dijaga. Yang menentukan mereka akan menjadi pemain hebat atau tidak adalah kemauan dan kerja keras,” tegas dia.

Ada kala materi yang diberikan selama camp terasa asing bagi para camper. Namun, Prunty berpesan agar mereka tidak segan mengikuti cara yang diberikan oleh NBA. ”Saya tak menjamin bahwa mereka akan menjadi pemain besar dengan mengubah pola. Tapi, mereka tentu bakal menjadi lebih baik,” kata Prunty.

Meyer mengharapkan pengetahuan itu bisa ditularkan oleh camper ke teman-teman di daerah. Dengan begitu, basket Indonesia akan berkembang pesat.

”Saya sudah melihat basket Indonesia yang berkembang. Kompetisi pelajar yang berjalan dengan sangat istimewa, program kerja sama dengan NBA yang sudah berjalan, semua itu sangat berguna bagi basket di sini,” ungkap Meyer. 

Jika ilmu-ilmu selama IDC 2009 diterapkan, basket Indonesia akan berkembang lebih cepat. Apalagi, NBA tidak hanya memberikan wawasan kepada para pemain, tetapi juga pelatih-pelatih pilihan DBL.

”Itulah guna diadakan coaches clinic. Para pelatih bisa memberikan program latihan kepada para pemain secara berkesinambungan,” ucapnya. 

Terakhir, Meek berpesan mengenai pentingnya kesabaran dalam mengejar impian menjadi pebasket hebat. ”Sekali lagi, jangan berpikir akan menjadi pemain NBA atau tidak. Yang terpenting adalah bermain basket dengan benar terlebih dahulu. Mereka harus menjadi yang terbaik di tingkat yang diikuti terlebih dahulu,” tegas Meek. 

Martin sumbangkan honor untuk DBL


 Bintang Sacramento Kings, Kevin Martin, benar-benar meninggalkan kesan di Indonesia. Sebelum pulang ke Amerika Serikat, secara mengejutkan dia menyumbangkan USD 15 ribu (lebih dari Rp 150 juta) dari honornya untuk DetEksi Basketball League (DBL).

Kejutan itu dia sampaikan saat Farewell Party bersama 160 pemain basket SMA peserta Indonesia Development Camp 2009, di kediaman Wali Kota Surabaya, tadi malam (18/8). Saat didaulat untuk memberi speech, Martin mengajak serta Commissioner DBL Azrul Ananda naik ke panggung. Alasannya, untuk jadi penerjemah.

Saat bicara, pertama-tama Martin mengucapkan terima kasih telah disambut dengan sangat baik di Surabaya. Dia juga menyemangati para pemain basket muda, agar terus bekerja keras untuk mencapai segala hal yang mereka inginkan. Karena dia juga harus kerja keras untuk menjadi seperti sekarang, seorang bintang NBA.

Kemudian, secara mengejutkan, pemain 26 tahun itu berkata kepada Azrul dan para undangan: “Saya ke sini mendapat honor dari NBA. Karena itu, saya ingin memberikan kembali kepada Indonesia.” Martin bilang, dia akan menyumbangkan USD 15 ribu untuk tim DBL Indonesia All-Star yang akan ke Australia Oktober mendatang. Azrul pun sempat terdiam. Setelah itu, Martin menegaskan bahwa DBL boleh menggunakan uang tersebut untuk apa pun, untuk membantu kemajuan para pemain muda di Indonesia.

Kesediaan Martin itu membuat banyak undangan terharu. Termasuk sang nenek tercinta, Maxine Martin, 75, yang memang diajak ke Surabaya. Sang nenek tampak mengucurkan air mata mendengar apa yang dilakukan sang cucu.
“Saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Saya juga belum tahu akan menggunakan uang itu untuk apa. Tolong beri kami waktu untuk membicarakannya secara internal di DBL. Yang pasti, uang itu akan kami gunakan untuk terus mengembangkan kompetisi pelajar ini,” kata Azrul yang juga sempat berkaca-kaca.

Azrul bilang, Kevin Martin memang sosok luar biasa. “Selama ini kita membaca atau mendengar seorang pemain baik atau tidak. Tapi, kita baru tahu betul kualitas seseorang setelah bertemu dan berkenalan dengannya. Tapi ada yang bilang, Martin ini benar-benar sosok satu dari seribu,” ujarnya. “Kami bangga dia senang dengan apa yang kami upayakan lewat DBL,” lanjutnya.

Farewell Party yang dijamu oleh Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono tersebut secara resmi menutup rangkaian Indonesia Development Camp 2009. Hari ini (19/8), 160 pemain SMA yang datang dari 15 provinsi itu (dipilih lewat Honda DBL 2009) kembali ke “kehidupan normal” masing-masing.

Hari ini, Martin juga meninggalkan Surabaya. Begitu pula dua asisten pelatih NBA, Neal Meyer (Los Angeles Clippers) dan Joe Prunty (Portland Trail Blazers), plus para staf NBA. Semua tadi malam berkumpul di kediaman Wali Kota, makan malam, bernyanyi, dan sempat joget. “Terima kasih DBL, sekarang Surabaya adalah kiblat basket Indonesia. Buat peserta camp, semoga kalian mendapat kenangan manis selama di Surabaya,” ujar Wali Kota Bambang Dwi Hartono.

Buzzer Beater di Laga All-Star


Sebelum Farewell Party, aktivitas Indonesia Development Camp 2009 di DBL Arena Surabaya ditutup dengan All-Star Games. Sebanyak 48 pemain terbaik (24 putra dan 24 putri) dibagi dalam dua tim, West dan East (seperti dua conference di NBA).

Di laga pertama, tim putri turun duluan. Tim West dipegang oleh Joe Prunty, tim East oleh Neal Meyer. Kevin Martin memberi dukungan bergantian. Pada dua kuarter pertama bersama West, dua kuarter terakhir bersama East.
Hasilnya? Pertandingan itu benar-benar berlangsung seru. Ketika waktu tersisa hanya dua detik, Yohana Momot (SMA Teruna Bakti Jayapura) yang membela tim West mampu menyamakan kedudukan, 36-36.

Setelah time out, Meyer menginstruksikan agar bola diberikan kepada Diana Pusphaningtyas (SMAN 1 Bandung). Begitu dapat bola, Diana langsung membalik badan, dan melontarkan tembakan tiga angka dalam posisi off-balance. Bola lantas memantul papan sebelum masuk ke dalam ring tepat saat bel tanda waktu habis berbunyi. Dia mencetak buzzer beater!
Tim East pun menang 39-36. “Saya tidak menyangka bisa masuk. Soalnya, kata pelatih, begitu dapat bola, langsung ditembak saja. Ini tembakan paling bersejarah sepanjang saya bermain basket,” ucapnya.

Wajar jika disebut paling bersejarah. Sebab, tembakan tersebut dilakukannya di depan orang-orang NBA, di pertandingan yang menampilkan pemain-pemain SMA terbaik. Bukan hanya itu, Diana juga menjadi “pahlawan” di hadapan orang tua sendiri. “Kami baru datang tadi pagi (kemarin, Red). Memang sengaja untuk melihat anak saya menjalani camp. Ini hari membahagiakan bagi kami sekeluarga,” ungkap Akhmad Siswanto, ayah Diana.

Para penonton yang datang ke DBL Arena pun mengaku terhibur dengan kehebatan para pemain muda tersebut. “Ini lebih menegangkan dari pertandingan final. Benar-benar membuat jantung saya seperti mau copot,” aku Handi Saputro, 50, seorang kontraktor.

Pertandingan putra tidak kalah seru. Joe Prunty mampu melakukan pembalasan. Tim West-nya menang 30-25.
Selama kedua pertandingan, baik Meyer maupun Prunty tampak sangat serius. Mereka membawa kebiasaan NBA, sampai berjalan masuk ke lapangan untuk memberi instruksi atau memprotes wasit.

“Anak-anak harus dibiasakan bersikap kompetitif. Entah itu ketika berlatih maupun bertanding,” kata Meyer.
Di akhir pertandingan, NBA lantas menobatkan Most Valuable Player (MVP), baik dalam pertandingan All-Star maupun camp secara keseluruhan.

Di pertandingan All-Star, Diana terpilih sebagai MVP berkat tembakan ajaibnya. Di laga putra, yang terpilih adalah Handry Satria Santosa (SMAN 1 Denpasar). “Gelar ini saya persembahkan untuk kakak saya yang meninggal setahun lalu karena kecelakaan motor,” kata Handry.

Untuk camp, MVP-nya adalah Indra Wijaya (SMA Santa Maria Surabaya) dan Amelia Herawati (SMA Karangturi Semarang). “Indra kami pilih karena dia seorang glue guy. Yang merekatkan semua pemain,” ujar Brooks Meek, senior director basketball operations international NBA.

Sebelum camp dimulai, para pelatih memang tidak melulu menekankan soal skill. “Yang terpenting adalah leadership, sportsmanship, dan respect,” kata Kevin Martin. Usai camp, para pelatih NBA mengaku sangat enjoy dengan pengalaman ini. “Kalau memang saya diundang lagi ke sini tahun depan. Saya akan langsung menganggukkan kepala,” ujar Prunty. 

Ilmu Tambah 300%

NBA Indonesia Development Camp 2009

TIDAK hanya para camper yang bisa pulang dari IDC 2009 dengan dengan setumpuk ilmu. Para pelatih juga mendapatkan banyak wawasan baru setelah menjalani Coaches Clinic maupun melihat bagaimana dua asisten pelatih NBA Joe Prunty dan Neal Meyer memimpin camp. "Kalau soal teknik memang meningkat. Tapi, yang paling penting adalah filosofi yang diajarkan di sini," terang Rachmat Hidayat, pelatih SMAN 1 Sekayu. 

Menurutnya, filosofi yang diajarkan para pelatih NBA sangatlah berguna. Terutama, mengenai penekanan akan arti pentingnya sebuah skill dasar. Rachmat mengaku baru mendapatkan hal seperti itu di IDC 2009. "Semakin tinggi seseorang, dia harus ingat arti sebuah fundamental. Karena itu, jangan pernah lupakan dasar-dasar bermain basket yang baik," tambah Rachmat.

Bukan hanya Rachmat yang mengaku terkesan selama mengikuti IDC 2009. Nurfian Samsi, pelatih SMAN 7 Bogor juga mendapatkan pelajaran berharga selama IDC 2009. "Ilmu saya bertambah 300 persen selama mengikuti program ini. Saya jadi tahu kelemahan saya sendiri. Misalnya bagaimana caranya untuk melatih anak-anak yang masih SMA," ujar Nurfian. 

Pelatih SMAN 1 Samarinda, Laurensia Ferni, juga termotivasi untuk segera membagikan ilmunya ke tempat asalnya. "Saya jadi semakin semangat untuk mengembangkan basket lebih baik lagi nanti sepulang dari sini," ujarnya. Prunty pun mengaku terkesan dengan antusiasme para pelatih dalam coaches clinic. "Saya merasa terhormat dapat membagikan ilmu pada mereka. Pertanyaan mereka bagus-bagus," ujar Prunty.