Martin sumbangkan honor untuk DBL

28 Agustus 2009


 Bintang Sacramento Kings, Kevin Martin, benar-benar meninggalkan kesan di Indonesia. Sebelum pulang ke Amerika Serikat, secara mengejutkan dia menyumbangkan USD 15 ribu (lebih dari Rp 150 juta) dari honornya untuk DetEksi Basketball League (DBL).

Kejutan itu dia sampaikan saat Farewell Party bersama 160 pemain basket SMA peserta Indonesia Development Camp 2009, di kediaman Wali Kota Surabaya, tadi malam (18/8). Saat didaulat untuk memberi speech, Martin mengajak serta Commissioner DBL Azrul Ananda naik ke panggung. Alasannya, untuk jadi penerjemah.

Saat bicara, pertama-tama Martin mengucapkan terima kasih telah disambut dengan sangat baik di Surabaya. Dia juga menyemangati para pemain basket muda, agar terus bekerja keras untuk mencapai segala hal yang mereka inginkan. Karena dia juga harus kerja keras untuk menjadi seperti sekarang, seorang bintang NBA.

Kemudian, secara mengejutkan, pemain 26 tahun itu berkata kepada Azrul dan para undangan: “Saya ke sini mendapat honor dari NBA. Karena itu, saya ingin memberikan kembali kepada Indonesia.” Martin bilang, dia akan menyumbangkan USD 15 ribu untuk tim DBL Indonesia All-Star yang akan ke Australia Oktober mendatang. Azrul pun sempat terdiam. Setelah itu, Martin menegaskan bahwa DBL boleh menggunakan uang tersebut untuk apa pun, untuk membantu kemajuan para pemain muda di Indonesia.

Kesediaan Martin itu membuat banyak undangan terharu. Termasuk sang nenek tercinta, Maxine Martin, 75, yang memang diajak ke Surabaya. Sang nenek tampak mengucurkan air mata mendengar apa yang dilakukan sang cucu.
“Saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Saya juga belum tahu akan menggunakan uang itu untuk apa. Tolong beri kami waktu untuk membicarakannya secara internal di DBL. Yang pasti, uang itu akan kami gunakan untuk terus mengembangkan kompetisi pelajar ini,” kata Azrul yang juga sempat berkaca-kaca.

Azrul bilang, Kevin Martin memang sosok luar biasa. “Selama ini kita membaca atau mendengar seorang pemain baik atau tidak. Tapi, kita baru tahu betul kualitas seseorang setelah bertemu dan berkenalan dengannya. Tapi ada yang bilang, Martin ini benar-benar sosok satu dari seribu,” ujarnya. “Kami bangga dia senang dengan apa yang kami upayakan lewat DBL,” lanjutnya.

Farewell Party yang dijamu oleh Wali Kota Surabaya Bambang Dwi Hartono tersebut secara resmi menutup rangkaian Indonesia Development Camp 2009. Hari ini (19/8), 160 pemain SMA yang datang dari 15 provinsi itu (dipilih lewat Honda DBL 2009) kembali ke “kehidupan normal” masing-masing.

Hari ini, Martin juga meninggalkan Surabaya. Begitu pula dua asisten pelatih NBA, Neal Meyer (Los Angeles Clippers) dan Joe Prunty (Portland Trail Blazers), plus para staf NBA. Semua tadi malam berkumpul di kediaman Wali Kota, makan malam, bernyanyi, dan sempat joget. “Terima kasih DBL, sekarang Surabaya adalah kiblat basket Indonesia. Buat peserta camp, semoga kalian mendapat kenangan manis selama di Surabaya,” ujar Wali Kota Bambang Dwi Hartono.

Buzzer Beater di Laga All-Star


Sebelum Farewell Party, aktivitas Indonesia Development Camp 2009 di DBL Arena Surabaya ditutup dengan All-Star Games. Sebanyak 48 pemain terbaik (24 putra dan 24 putri) dibagi dalam dua tim, West dan East (seperti dua conference di NBA).

Di laga pertama, tim putri turun duluan. Tim West dipegang oleh Joe Prunty, tim East oleh Neal Meyer. Kevin Martin memberi dukungan bergantian. Pada dua kuarter pertama bersama West, dua kuarter terakhir bersama East.
Hasilnya? Pertandingan itu benar-benar berlangsung seru. Ketika waktu tersisa hanya dua detik, Yohana Momot (SMA Teruna Bakti Jayapura) yang membela tim West mampu menyamakan kedudukan, 36-36.

Setelah time out, Meyer menginstruksikan agar bola diberikan kepada Diana Pusphaningtyas (SMAN 1 Bandung). Begitu dapat bola, Diana langsung membalik badan, dan melontarkan tembakan tiga angka dalam posisi off-balance. Bola lantas memantul papan sebelum masuk ke dalam ring tepat saat bel tanda waktu habis berbunyi. Dia mencetak buzzer beater!
Tim East pun menang 39-36. “Saya tidak menyangka bisa masuk. Soalnya, kata pelatih, begitu dapat bola, langsung ditembak saja. Ini tembakan paling bersejarah sepanjang saya bermain basket,” ucapnya.

Wajar jika disebut paling bersejarah. Sebab, tembakan tersebut dilakukannya di depan orang-orang NBA, di pertandingan yang menampilkan pemain-pemain SMA terbaik. Bukan hanya itu, Diana juga menjadi “pahlawan” di hadapan orang tua sendiri. “Kami baru datang tadi pagi (kemarin, Red). Memang sengaja untuk melihat anak saya menjalani camp. Ini hari membahagiakan bagi kami sekeluarga,” ungkap Akhmad Siswanto, ayah Diana.

Para penonton yang datang ke DBL Arena pun mengaku terhibur dengan kehebatan para pemain muda tersebut. “Ini lebih menegangkan dari pertandingan final. Benar-benar membuat jantung saya seperti mau copot,” aku Handi Saputro, 50, seorang kontraktor.

Pertandingan putra tidak kalah seru. Joe Prunty mampu melakukan pembalasan. Tim West-nya menang 30-25.
Selama kedua pertandingan, baik Meyer maupun Prunty tampak sangat serius. Mereka membawa kebiasaan NBA, sampai berjalan masuk ke lapangan untuk memberi instruksi atau memprotes wasit.

“Anak-anak harus dibiasakan bersikap kompetitif. Entah itu ketika berlatih maupun bertanding,” kata Meyer.
Di akhir pertandingan, NBA lantas menobatkan Most Valuable Player (MVP), baik dalam pertandingan All-Star maupun camp secara keseluruhan.

Di pertandingan All-Star, Diana terpilih sebagai MVP berkat tembakan ajaibnya. Di laga putra, yang terpilih adalah Handry Satria Santosa (SMAN 1 Denpasar). “Gelar ini saya persembahkan untuk kakak saya yang meninggal setahun lalu karena kecelakaan motor,” kata Handry.

Untuk camp, MVP-nya adalah Indra Wijaya (SMA Santa Maria Surabaya) dan Amelia Herawati (SMA Karangturi Semarang). “Indra kami pilih karena dia seorang glue guy. Yang merekatkan semua pemain,” ujar Brooks Meek, senior director basketball operations international NBA.

Sebelum camp dimulai, para pelatih memang tidak melulu menekankan soal skill. “Yang terpenting adalah leadership, sportsmanship, dan respect,” kata Kevin Martin. Usai camp, para pelatih NBA mengaku sangat enjoy dengan pengalaman ini. “Kalau memang saya diundang lagi ke sini tahun depan. Saya akan langsung menganggukkan kepala,” ujar Prunty. 

0 komentar: