
Dari 16 kota yang dikunjungi Honda DetEksi Basketball League (DBL) 2009, Bandung termasuk yang paling besar dan panjang. Kemarin, setelah berlangsung sejak 6 Februari lalu, berakhirlah kompetisi yang diikuti 70 tim dari 12 kota dan kabupaten se-Jawa Barat tersebut.
Dan Final Party yang diselenggarakan di GOR C-tra Arena kemarin benar-benar menggemparkan. Lebih dari 4.000 penonton menyaksikan dua pertandingan pamungkas, antara tim putri SMAN 1 Bandung melawan SMAN 9 Bandung dan tim putra SMA Trinitas Bandung melawan SMAN 9 Bandung.
“Gokiiiil abiiiiis! Gila acaranya. Saya sama teman-teman sudah sering banget lihat tim kami main di liga lain. Tapi nggak kayak gini. Ada sih yang mirip kayak gini, tapi nggak se-Yes ini, nggak se-gereget ini. Sampai merinding saya tadi,” kata Aghnia Pertiwi, suporter SMAN 1 Bandung.
Final kemarin memang dikemas dengan standar tinggi, setara dengan final yang biasa diselenggarakan di “rumah” DBL, di Surabaya, Jawa Timur. Dua screen besar dipasang di dua sudut C-tra Arena. Para pemain masuk ke lapangan dengan dipanggil satu per satu, dan wajah mereka terpampang di layar besar.
Artis lokal Bandung, rapper Ebith Beat A dan grup seru Rocket Rockets ikut memeriahkan suasana. Tapi, yang membuat suasana paling berkesan adalah diputarnya lagu kebangsaan Indonesia Raya sebelum setiap pertandingan.
“Kami sudah sering mengikuti liga basket. Tapi DBL yang paling luar biasa. Benar-benar berbeda dari semua liga yang pernah ada. Lebih profesional dari yang profesional malah kalau saya bilang mah. Mulai dari harus berpakaian resmi sampai pakai Indonesia Raya. Mana ada yang kayak gini. Kami bangga jadi bagian dari DBL pertama (di Jabar) ini,” tutur Nurfian Samsi, pelatih SMAN 7 Bogor.
Di antara para tamu penting, kemarin hadir pula Noviantika Nasution, ketua umum PB Perbasi Pusat. Dia pun mengaku takjub dengan penyelenggaraan perdana Honda DBL di Bandung ini.
“Luar biasa! Padahal ini penampilan pertama di sini, tapi antusiasme penontonnya luar biasa. Saya sampai geleng-geleng kepala. Jawa Barat, apalagi Bandung, memang tempatnya basket. Memang sudah lama menunggu even seperti ini,” ucapnya. “Saya senang sekali DBL hadir di Jawa Barat. Apalagi jika tahun depan dapat lebih meluas lagi, tidak hanya di Bandung,” lanjut Noviantika.
Momen menyentuh sempat terjadi sebelum pertandingan pertama. Saat itu, panitia memberi penghormatan kepada Dani Prasetyo, pemain SMAN 15 Bandung yang meninggal dunia karena kecelakaan di tengah-tengah kompetisi.
Dani dan timnya tampil pada pertandingan pembuka, melawan SMAN 14 Bandung, 6 Februari lalu. Waktu itu, SMAN 15 menang satu angka, 36-35. Dani-lah pencetak poin penentu kemenangan.
Sayang, setelah itu Dani pergi, tak bisa lagi bertanding. Kemarin, ibunda Dani, Yati Sumiyati, ikut diajak berdiri di tengah lapangan untuk menyanyikan Indonesia Raya. Dia mengajak serta seorang kerabat. “Saya takut pingsan di tengah lapangan,” ucapnya.
Teman-teman Dani mengaku bangga. “Impian Dani tercapai. Dani teh selalu ngimpiin bisa ngerasain final DBL. Dia bilang ke saya, ‘Na… Kita harus masuk final ya.’ Makanya dia yang paling semangat di antara kita,” tutur Reina Ayulia Rosadiana, teman dekat Dani di SMAN 15 Bandung.
Ketika foto Dani terpampang di layar lebar sebelum Indonesia Raya, Reina yakin sahabatnya itu melihat dan tersenyum. “Pokoknya kami bakal terus meneruskan semangat Dani. Tahun depan DBL balik ke sini lagi ya. Kami pengin meneruskan perjuangan Dani,” kata Reina dengan mata berkaca-kaca.
Kemarin, tim putri SMAN 1 Bandung tampil sebagai juara, menang sengit atas SMAN 9, 43-32. Bintangnya, si mungil Marisya Rizkia, lantas terpilih sebagai Honda Most Valuable Player (MVP).
“Bangga banget. Rasanya beda. Saya sudah pernah jadi juara, tapi paling bangga ya jadi juara DBL ini. Saya jadi ngerasa eksklusif gimana gitu. Pokoknya, ini satu-satunya even yang paling wah. Saking bangganya, tadi sampai sulit nahan tangis,” kata Marisya, yang kemarin jatuh bangun mengejar kemenangan.
Di laga putra, SMAN 9 yang dikenal sebagai “sekolah basket” di Bandung berhasil menjadi juara, menang 48-40.
Dengan kehebohan final pertama di Bandung ini, panitia menjadi bersemangat untuk kembali lagi tahun depan. “Sudah ada pemikiran untuk membagi Jawa Barat menjadi beberapa wilayah, seperti yang kami lakukan di Jawa Timur. Terima kasih atas dukungan semua pihak di Jawa Barat. Semoga keinginan kami tahun depan bisa terwujud,” kata Azrul Ananda, commissioner DBL.
0 komentar:
Posting Komentar