Dalam hari keduanya kali ini dimeriahkan oleh Honda DetEksi band competition dan penampilan beberapa tim pop group. Hari ini adalah hari pengumpulan Mading On The Spot(MOS) dan League DetEksi Custom Shoes. Pada jam yang sudah ditentukan panitia, paddock pembuatan madding dan custom shoes sudah harus dikosongkan. Meskipun hari ini bukan hari wajib liputnya para peserta Journalist Blog Competition. Mereka semua datang agar tidak ketinggalan berita.
Sekitar jam 15.00 WIB di adakan konverensi pers bagi peserta Journalist Blog Competition yang datang. Narasumber lagi-lagi Mr. John Mohn yang sekarang membawa koran sekolah dari Amerika untuk dibagi-bagikan kepada para peserta Journalist. Dia menjelaskan bahwa di Amerika tidak ada madding melainkan koran. Koran-koran itu di buat oleh pelajar SMA dan Universitas para peserta Journalist aktif mengikuti tanya jawab, untuk hari ini, kak Aziz menjadi pen-translate para journalist yang belum seberapa lancar dalam berbahasa inggris.
“ Koran DetEksi lebih bagus dibandingkan koran sekolah yang ada di amerika” Ujarnya sambil manggut-manggut menatap para peserta journalist yang ada di mini stage.
Orang bule yang mempunyai kaki relatif besar ini juga menceritakan tentang kebebasan pers yang ada di Amerika yang awal mulanya berasal dari koran-koran sekolah.
Sekolah-sekolah yang ada di Amerika menerbitkan koran dengan tujuan untuk mendapatkan uang. Mereka bekerja dengan mencari iklan di perusahaan-perusahaan yang bersedia mengiklankan produknya, yang iklan itu harganya Rp 500.000 / iklan. Tetapi, ada juga sebagian sekolah yang tidak menerbitkan korannya untuk dapat uang, hanya semata-mata ingin mempublikasikan sekolahnya agar diketahui umum.
Beberapa sekolah, koran itu diperoleh tanpa membeli, tetapi ada pula yang bisa diperoleh dengan gratis. Koran sekolah terbit setiap 2 minggu atau 1 bulan sekali. Setiap koran sekolah sudah memiliki website yang bisa dikunjungi. Koran sekolah yang ada di Amerika mempunyai maskot yang dinamakan J-Hock. koran-koran sekolah yang diterbitkan itu juga sebagai ajang untuk mencari teman, mereka bisa menerbitkan koran itu dengan baik dan maju karena mereka mempunyai guru journalist, begitu jelas John Mohn.
Peserta dari sekolah-sekolah yang mengikuti even ini mempunyai suporter-suporter dari sekolah mereka. Seperti halnya SMK Satya Widya yang membawa suporter dari teman-teman OSIS. Mereka mengusung pakaian Tradisional dari Ponorogo alias Reog dengan membawa alat musik gong. Jawa timur banget ya!! mereka menganggap reog sama dengan fairy tale karena sama-sama makhluk halus.
Pokoknya kali ini DetEksi heboh banget !!!
-Journalist SMPN 37 Surabaya-
0 komentar:
Posting Komentar